Manifestasi klinik oftalmopati Graves juga dapat dibedakan menurut kelasnya, yaitu:
Kelas I
Tanda paling sering pada kelainan ini ialah retraksi palpebra superior (Dalrymple’s sign). Selain Dalrymple’s sign, akibat retraksi palpebra superior sering ditemukan juga fenomena lid lag atau von Graefe’s sign.
Perlu diingat bahwa pada keadaan retraksi palpebra yang mencolok, mata akan tampak melotot dan gambaran demikian sering disalahtafsirkan sebagai eksoftalmus.
Kelas II
Kelainan yang menyolok ialah kelainan jaringan lunak, baik palpebra, konjungtiva, maupun kelenjar lakrimal. Keluhan-keluhan yang biasa ditemukan ialah lakrimasi berlebihan, perasaan berpasir pada mata, fotofobia, rasa penuh pada palpebra atau pada seluruh mata. Tanda yang paling sering dijumpai ialah edema palpebra superior khususnya di bagian temporal sehingga menyerupai palpebra petinju, edema dan injeksi konjungtiva, kemosis, dan pembengkakan kelenjar lakrimal.
Kelas III
Tanda yang penting ialah eksoftalmus atau proptosis. Untuk mengetahui adanya proptosis dan untuk menyingkirkan salah tafsir dengan mata melotot akibat retraksi palbepra superior, sebaiknya diukur dengan eksoftalmometer. Di dalam kepustakaan Barat disebut proptosis apabila penonjolan bola mata > 22 mm, atau perbedaan antara kedua mata > 2 mm walaupun penonjolan tidak mencapai 22 mm. Pada orang Indonesia, penonjolan bola mata yang mencapai 18 mm sudah dianggap eksoftalmus.
Kelas IV
Kelainan mata kelas IV didasarkan pada terjadinya kelainan otot mata eksternal. Otot mata yang paling sering terganggu ialah m.rectus inferior. Diduga kelainan otot mata eksternal disebabkan oleh proses radang sehingga mengurangi elastisitas otot dan mengakibatkan terjadinya fibrosis. Ini merupakan alasan mengapa terapi dengan prednison harus segera dimulai.
Kelas V
Ditandai dengan kelainan pada kornea, yaitu kornea kering, keratitis, ulserasi, sampai perforasi. Kelainan kornea disebabkan oleh trias gejala yaitu retraksi palpebra superior, tidak dapat mengangkat bola mata, dan eksoftalmus.1
Kelas VI
Ditandai oleh keikutsertaan saraf optik berupa edema papil, papilitis, dan neuritis retrobulbar.